2 Analisis Unsur Intrinsik a) Tema Puisi "Doa" karya Chairil Anwar di atas mengungkapkan tema tentang ketuhanan. Hal ini dapat kita rasakan dari beberapa bukti. Pertama, diksi yang digunakan sangat kental dengan kata-kata bernaka ketuhanan.
8UAm9L. ANALISIS PUISI “DOA“KARYA CHAIRIL ANWAR Doa Tuhanku Dalam termenung Aku masih menyebut nama-Mu Biar susah sungguh Mengingat Kau penuh seluruh Caya-Mu panas suci Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi Tuhanku Aku hilang bentuk Remuk Tuhanku Aku mengembara di negeri asing Tuhanku Di Pintu-Mu aku mengetuk Aku tidak bisa berpaling Analisis Unsur Intrinsik a Tema Puisi “Doa” karya Chairil Anwar di atas mengungkapkan tema tentang ketuhanan. Hal ini dapat kita rasakan dari beberapa bukti. Pertama, diksi yang digunakan sangat kental dengan kata-kata bernaka ketuhanan. Kata “dua” yang digunakan sebagai judul menggambarkan sebuah permohonan atau komunikasi seorang penyair dengan Sang Pencipta. Kata-kata lain yang mendukung tema adalah Tuhanku, nama-Mu, mengingat Kau, caya-Mu, di pintu-Mu. Kedua, dari segi isi puisi tersebut menggambarkan sebuah renungan dirinya yang menyadari tidak bisa terlepas dari Tuhan. Dari cara penyair memaparkan isi hatinya, puisi”Doa”sangat tepat bila digolongkan pada aliran ekspresionisme, yaitu sebuah aliran yang menekankan segenap perasaan atau jiwanya.. Perhatikan kutipan larik berikut 1Biar rusah sungguh Mengingat Kau penuh seluruh 2Aku hilang bentuk remuk 3Di Pintu-Mu aku mengetuk Aku tidak bisa berpaling Puisi yang bertemakan ketuhanan ini memang mengungkapkan dialog dirinya dengan Tuhan. Kata “Tuhan” yang disebutkan beberapa kali memperkuat bukti tersebut, seolah-olah penyair sedang berbicara dengan Tuhan. b Nada dan Suasana Nama berarti sikap penyair terhadap pokok persoalan feeling atau sikap penyair terhadap pembaca. Sedangkan suasana berarti keadaan perasaan pembaca sebagai akibat pembacaan puisi. Nada yang berhubungan dengan tema ketuhanan menggambarkan betapa dekatnya hubungan penyair dengan Tuhannya. Berhubungan dengan pembaca, maka puisi “Doa” tersebut bernada sebuah ajakan agar pembaca menyadari bahwa hidup ini tidak bisa berpaling dari ketentuan Tuhan. Karena itu, dekatkanlah diri kita dengan Tuhan. Hayatilah makna hidup ini sebagai sebuah “pengembaraan di negeri asing”. c Perasaan Perasaan berhubungan dengan suasana hati penyair. Dalam puisi ”Doa” gambaran perasaan penyair adalah perasaan terharu dan rindu. Perasaan tersebut tergambar dari diksi yang digunakan antara lain termenung, menyebut nama-Mu, Aku hilang bentuk, remuk, Aku tak bisa berpaling. d Amanat Sesuai dengan tema yang diangkatnya, puisi ”Doa” ini berisi amanat kepada pembaca agar menghayati hidup dan selalu merasa dekat dengan Tuhan. Agar bisa melakukan amanat tersebut, pembaca bisa merenung termenung seperti yang dicontohkan penyair. Penyair juga mengingatkan pada hakikatnya hidup kita hanyalah sebuah ”pengembaraan di negeri asing” yang suatu saat akan kembali juga. Hal ini dipertegas penyair pada bait terakhir sebagai berikut Tuhanku, Di Puntu-Mu Aku mengetuk Aklu tidak bisa berpaling Analisis Puisi Chairil Anwar Penerimaan Kalau kau mau kuterima kau kembali Dengan sepenuh hati Aku masih tetap sendiri Kutahu kau bukan yang dulu lagi Bak kembang sari sudah terbagi Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani Kalau kau mau kuterima kau kembali Untukku sendiri tapi Sedang dengan cermin aku enggan berbagi. Analisi puisi Chairil Anwar menggunakan pendekatan Objektif A. Bentuk dan Struktur Fisik Puisi 1. Tipografi Pada puisi “Penerimaan” karya Chairil Anwar terdapat enam bait dengan pola 2-1-2-1. Tiap bait puisinya berbeda, pada bait pertama, ketiga dan kelima terdapat dua larik sedangkan bait kedua, keempat, dan keenam terdapat satu larik. 2. Diksi Diksi yang terdapat pada puisi “Penerimaan” terdapat beberapa kata yang memakai konotasi, seperti Bak bagaikan Kembang sari wanita perawan atau keperawanan Tunduk menghadapkan wajah kebawah malu Tentang dekat dihadapan muka menemui Cermin alat pantul atau bayangan 3. Imaji Imaji yang dipakai dalam puisi “Penerimaan” ini adalah imaji visual pengelihatan, seperti /kau bukan yang dulu lagi/, /Jangan tunduk!/, /dengan cermin aku enggan berbagi/. 4. Kata konkret Pada puisi “Penerimaan” terdapat kata konkret seperti bak kembang sari sudah terbagi artinya wanita yang sudah kehilangan keperawanannya. Sedangkan dengan cermin aku berbagi artinya si “aku” tidak ingin wanitanya mendua bahkan dengan bayangannya sekalipun. 5. Bahasa figuratif majas Majas yang digunakan adalah majas personifikasi yaitu majas yang mengambarkan benda mati seolah-olah hidup. Seperti pada bait keenam yaitu sedang dengan cermin aku enggan berbagi. 6. Rima Puisi ini memiliki rima yang sama karena seluruh baris pada puisi ini berakhiran huruf i dari awal hingga akhir. B. Struktur Batin Puisi 1. Tema atau makna Tema yang diangkat Chairil Anwar pada puisi “Penerimaan” yaitu tentang percintaan. Tentang seorang lelaki yang masih menerima kekasihnya kembali meskipun sang kekasih sudah bersama orang lain. 2. Rasa Rasa yang ada pada puisi ini adalah rasa semangat pengharapan dengan sedikit kecemasan pada setiap baitnya. 3. Nada Pada puisi “Penerimaan” ini, Chairil Anwar menuangkan perasaan harap-harap cemas dan ketegasan. Pengharapan yang ia rasakan dikarenakan pada dasarnya ia masih mencintai kekashnya yang dulu. 4. Amanat Agar perempuan mempertimbangkan penawaran si “aku” dan memutuskan dengan tegas keputusan yang akan diambil perempuan tersebut. Jangan pernah menduakan seseorang yang mencintai dengan tulus dan tanpa pamrih. Analisis Puisi Kesabaran’ Karya Chairil Anwar “KESABARAN” Karya Chairil Anwar MAKALAH diajukan untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Apresiasi Puisi Indonesia dosen pengampu Drs. H. Ma’mur Saadie, disusun oleh Anisa Prasetia Novia NIM 1103944 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2012 Kesabaran Karya Chairil Anwar Aku tak bisa tidur Orang ngomong, anjing nggonggong Dunia jauh mengabur Kelam mendinding batu Dihantam suara bertalu-talu Di sebelahnya api dan abu Aku hendak bicara Suaraku hilang, tenaga terbang Sudah! Tidak jadi apa-apa! Ini dunia enggan disapa, ambil perduli Keras membeku air kali Dan hidup bukan hidup lagi Kuulangi yang dulu kembali Sambil bertutup telinga, berpicing mata Menunggu reda yang mesti tibaANALISIS PUISI “KESABARAN “MENGGUNAKAN TEORI STRUKTURAL struktur Lahir Metode Puisi a. Diksi Pemilihan Kata Penyair sangat cermat dalam memilih kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Oleh sebab itu, disamping memilih kata yang tepat, penyair juga mempertimbangkan urutan katanya dan kekuatan atau daya magis dari kata-kata tersebut. Kata-kata diberi makna baru dan yang tidak bermakna diberi makna menurut kehendak penyair. Karena begitu pentingnya kata-kata dalam puisi, maka bunyi kata juga dipertimbangkan secara cermat dalam pemilihannya. Karena pemilihan kata-kata mempertimbangkan berbagai aspek estetis, maka kata-kata yang sudah dipilih oleh penyair untuk puisinya bersifat absolut dan tidak bisa diganti dengan padan katanya, sekalipun maknanya tidak berbeda. Bahkan sekalipun unsur bunyinya hampir mirip dan maknanya sama, kata yang sudah dipilih itu tidak dapat diganti. Jika kata itu diganti akan mengganggu komposisi dengan kata lainnya dalam konstruksi keseluruhan puisi itu. Di dalam puisi Kesabaran’ karya Chairil Anwar diksi atau pemilihan kata menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh pembaca meskipun dalam struktur kata tidak beraturan dan kurang sesuai dengan struktur kata pada umumnya. Misalnya kata nggonggong’ dalam struktur kata pada umumnya bukan nggonggong’ tetapi menggonggong’, namun penyair lebih memilih kata nggonggong’ sebagai kata yang memiliki unsur orisinalitas atau private symbol sehingga menghasilkan poetic power. b. Pengimajian Ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan kata kongkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian oleh karena itu kata-kata menjadi lebih kongkret seperti kita hayati melalui penglihatan, pendengaran, atau cita rasa. Pengimajian dapat dibatasi dengan pengertian kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Baris atau bait puisi itu seolah mengandung gema suara imaji auditif, benda yang nampak imaji visual, atau sesuatu yang bisa kita rasakan, raba, atau sentuh imaji taktil. Pengimajian di dalam puisi Kesabaran’ karya Chairil Anwar yaitu sebagai berikut - Aku tak bisa tidur imaji taktil - Orang ngomong, anjing nggonggong imaji auditif - Dunia jauh mengabur imaji taktil - Kelam mendiding batu imaji taktil - Dihantam suara bertalu-talu imaji auditif - Di sebelahnya api dan abu imaji visual - Aku hendak bicara imaji taktil - Suaraku hilang, tenagaku terbang imaji taktil - Sudah! tidak jadi apa-apa! imaji taktil - Ini dunia enggan disapa, ambil perduli imaji taktil - Keras membeku air kali imaji visual - Dan hidup bukan hidup lagi imaji taktil - Kuulangi yang dulu kembali imaji taktil - Sambil bertutup telinga, berpicing mata imaji visual - Menunggu reda yang mesti tiba imaji taktil c. Kata Kongkret Untuk membangkitkan imaji daya bayang pembaca, maka kata-kata harus diperkongkret, maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkongkret ini juga erat hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang. Jika penyair mahir memperkongkret kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasa apa yang dilukiskan oleh penyair. Dengan demikian pembaca terlibat penuh secara bathin kedalam puisinya. Jika imaji pembaca merupakan akibat dari pengimajian yang diciptakan penyair, maka kata kongkret ini merupakan syarat atau sebab terjadinya pengimajian itu. Dengan kata yang diperkongkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair. Di dalam puisi Kesabaran’ karya Chairil Anwar kata kongkret yang dipilih untuk melukiskan ia berusaha sabar dan mengabaikan orang-orang yang menggunjingnya atau membicarakannya ia menggunakan kata Aku tak bisa tidur/Orang ngomong, anjing nggonggong/Dunia jauh mengabur/Kelam mendinding batu/Dihantam suara bertalu-talu/Di sebelahnya api dan abu’, kata kongkret yang dipilih untuk melukiskan ia berusaha berbicara namun ia tidak dapat berbicara dan akhirnya berusaha untuk tidak perduli ia menggunakan kata Aku hendak bicara/Suaraku hilang, tenaga terbang/Sudah! tidak jadi apa-apa!/Ini dunia enggan disapa, ambil perduli’, kata kongkret yang dipilih untuk melukiskan ia sudah tahan dan kuat untuk menjalani hidup ia menggunakan kata Keras membeku air kali/Dan hidup bukan hidup lagi’, kata kongkret yang dipilih untuk melukiskan bahwa ia akan terus bersabar dan yakin bahwa suatu saat nanti cobaan itu akan berlalu seiring berjalannya waktu ia menggunakan kata Kuulangi yang dulu kembali/Sambil bertutup telinga, berpicing mata/Menunggu reda yang mesti tiba’. d. Bahasa Figuratif Majas Penyair menggunakan bahasa yang bersusun-susun atau berpigura sehingga disebut bahasa figuratif. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Kata atau bahasanya bermakna kias atau makna lambang. Bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksudkan penyair karena 1 bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif, 2 bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak menjadi kongkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca, 3 bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair, 4 bahasa figuratif adalah cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat Perrine, 1974616-617. Di dalam puisi Kesabaran’ karya Chairil Anwar menggunakan majas hiperbola yakni kiasan yang berlebih-lebihan. Misalnya dalam kata Dunia jauh mengabur’, Kelam mendinding batu’, Suaraku hilang, tenaga terbang’, Keras membeku air kali’, Dan hidup bukan hidup lagi’. Selain itu puisi tersebut juga menggunakan majas personifikasi seperti dalam kata Ini dunia enggan disapa, ambil perduli’. e. Rima dan Ritma Bunyi di dalam puisi menghasilkan rima dan ritma. Rima adalah pengulangan bunyi di dalam puisi. Dalam ritma pemotongan-pemotongan baris menjadi frasa yang berulang-ulang, merupakan unsur yang memperindah puisi itu. 1. Rima Pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. Dengan pengulangan bunyi itu puisi menjadi merdu jika dibaca. Untuk mengulang bunyi ini penyair juga mempertimbangkan lambang bunyi. Dengan cara ini pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi. Rima di dalam puisi Kesabaran’ karya Chairil Anwar adalah sebagai berikut Aku tak bisa tidur pengulangan bunyi fonem /a/ dan /i/ Orang ngomong, anjing nggonggong pengulangan bunyi fonem /o/ dan /ng/ Dunia jauh mengabur pengulangan bunyi fonem /u/ Kelam mendinding batu pengulangan bunyi fonem /e/ dan /m/ Dihantam suara bertalu-talu pengulangan bunyi fonem /a/ Di sebelahnya api dan abu pengulangan bunyi fonem /a/ Aku hendak bicara pengulangan bunyi fonem /a/ Suaraku hilang, tenaga terbang pengulangan bunyi fonem /a/ dan /ng/ Sudah! tidak jadi apa-apa! pengulangan bunyi fonem /a/ Ini dunia enggan disapa, ambil perduli pengulangan bunyi fonem /i/ dan /a/ Keras membeku air kali pengulangan bunyi fonem /k/, /e/, dan /a/ Dan hidup bukan hidup lagi pengulangan bunyi fonem /a/, /i/ dan kata hidup’ Kuulangi yang dulu kembali pengulangan bunyi fonem /u/ dan /a/ Sambil bertutup telinga, berpicing mata pengulangan bunyi fonem /a/,/i/ dan /u/ Menunggu reda yang mesti tiba pengulangan bunyi fonem /e/ dan /a/ 2. Ritma Ritma sangat berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Ritma dapat dikatakan sebagai irama namun berbeda dengan metrum matra. Dalam puisi karya-karya Chairil Anwar, irama sudah diciptakan secara kreatif artinya tidak hanya berupa pemotongan baris-baris puisi menjadi dua frasa, namun dapat berupa pengulangan kata-kata tertentu untuk mengikat beberapa baris puisi. Ritma di dalam puisi Kesabaran’ karya Chairil Anwar adalah kata aku’ yang merupakan pengikat beberapa baris, sehingga baris-baris itu seolah bergelombang menimbulkan ritma. Aku tak bisa tidur Orang ngomong, anjing nggonggong Dunia jauh mengabur Kelam mendinding batu Dihantam suara bertalu-talu Di sebelahnya api dan abu Aku hendak bicara Suaraku hilang, tenaga terbang Sudah! Tidak jadi apa-apa! Ini dunia enggan disapa, ambil perduli Keras membeku air kali Dan hidup bukan hidup lagi Kuulangi yang dulu kembali Sambil bertutup telinga, berpicing mata Menunggu reda yang mesti tiba HAMPA Sepi diluar menekan mendesak Lurus kaku pepohonan tak bergerak Sampai ke puncak sepi memangut Tak satu kuasa, melepas renggut Segala menanti, menanti, menanti Sepi Tambah ini menanti jadi mencekik Memberat-mencengkung pundak Sampai binasa segala belum apa-apa Udara bertuba setan bertempik Ini sepi terus ada dan tiada Anlisis Puisi Hampa 1. Diksi Pilihan Kata Pilihan kata yang digunakan sipenyair dalam menungkpkan perasaannya dalam puisinya yang menggunakan kata yang bersifat konotatif karena banyak mengandung arti dan yang mewakili keseluruhan puisi yaitu terdapat pada kata “sepi”, terbukti pada “Sepi diluar menekan mendesak” 2. Imaji Daya Bayang penyair menggabarkan/melukiskan perasaan kesepaiannya yang ditimbulkan dalam bentuk imaji perasaan cita rasa terbukti “Ini sepi terus ada. Dan menanti” 3. Kata Kongkret Kata Nyata kata konkretnya yaitu sepi dan menanti, karena kata-kata tersebut mengacu kepada pengertian dan penekanan yang menyeluruh dalam puisi. terbukti dalam larik Sepi diluar sepi menekan mendesak Segala menanti, menanti, menanti Sepi 4. Majas Bahasa Figuratif -RefitisiSepi menanti, menanti, menanti, menanti Sepi ini terus ada,menanti Sepi menekan mendesak -PersonifikasiLurus kaku pepohonan tak bergerak -HiperbolaUdara bertuba setan bertempik Pengulangan Bunyi -Aliterasi yaitu persamaan bunyi konsonan pada “T” dak “K”, terbukti Sampai ke puncak sepi memanggut Tak satu kuasa, melepas renggut Tak bergerak sampai ke puncak -Asonansi yaitu persamaan bunyi vokal pada “i”, terbukti pada Segala menanti, menanti, menanti sepi SAJAK PUTIH Bersandar pada tari warna pelangi Kau depanku bertudung sutra senja Di hitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba Meriak muka air kolam jiwa Dan dalam dadaku memerdu lagu Menarik menari seluruh aku Hidup dari hidupku, pintu terbuka Selama matamu bagiku menengadah Selama kau darah mengalir dari luka Antara kita Mati datang tidak membelah… Dalam puisi sajak putih digamberkan gadis si aku pada suatu senja hari yang indah ia duduk dihadapan si aku. Ia besandar yang pada saat itu ada warna pelangi yaitu langit senja yang indah penuh dengan macam-macam warna. Gadis itu bertudung sutra diwaktu hari sudah senja. Sedangkan rambut gadis itu yang harum ditiup angin tampak seperti sedang bersenda gurau, dan dalam mata gadis yang hitam kelihatan bunga mawar dan melati yang mekar. Mawar dan melati yang mekar menggambarkan sesuatu yang indah dan menarik . biasanya mawar itu berwarna merah yang menggambarka cinta dan melati putih menggambarkan kesucian. Jadi dalam mata si gadis tampak cinta yang tulus, menarik, dan mengikat. Suasana pada saat itu sangat menyenangkan, menarik,m penuh keindahan yang memduat si aku haru dengan semua itu. Dalam pertemuan ke dua insan itu sepi menyanyi, malam dalam doa tiba yang menggambarka tidak ada percakapan dari keduanya. Mereka hanya dian tanpa ada sepatah kata yang diucapkan seperti hanya ketika waktu berdoa. Hanya kata hati yang berkata dan tidak keluar suara. Kesepian itu mengakibatkan jiwa si aku bergerak seperti hanya permukaan kolam yang terisa air yang beriak tertiup angin. Dalam keadaan diam tanpa kata itu, didalam dada si aku terdengar lagu yang merdu yang menggambarkan kegembiraan. Rasa kegembiraan itu digambarkan dengan menari seluruh aku. Hidup dari hidupku, pintu terbuka menggambarkan bahwa si aku merasa hidupnya penuh dengan kemungkinan dan ada jalan keluar serta masih ada harapan yang pasti bisa diwujudkan selama gadis kekasihnya masih menengadahkan mukanya ke si aku. Ini merupakan kiasan bahwa si gadis masih mencintai si aku, mau memandang kemuka si aku, bahkan juga isyarat untuk mencium dari si aku. Keduanya masih bermesraan dan saling mencintai. Begitu juga hidup si aku penuh harapan selama si gadis masih hidup wajar, dikiaskan dengan darahnya yang masih mengalir dan luka, sampai kematioan tiba pun keduanya masih mencintai, dan tidak akan terpisahkan. Sajak merupakan kiasan suara hati si penyair, suara hati si aku. Putih mengiaskan ketulusa kejujuran, dsan keihklasan. Jadi sajak putih berarti suara hati si aku yang sangat tulus dan jujur. Tanda-tanda semiotik untuk kegembiraan dan kebahagiaan di dalam sajak ini adalah kata tari, warna pelangi, sutra senja, memerdu lagu, menari-neri, pintu terbuka. Jadi, sajak ini bersuasana gembira. Namun biasanya sajak Chairil Anwar bersuasana murung, suram dan sedih. Puisi tidak hanya menyampaikan informasi saja, namun diperlukan kepadatan dan ekspresifitas, karena hanya inti pernyataan yang dikemukakan. Karena hal ini, maka sajak penyimpangan dari tata bahasa normatif seperti Hidup dari hidupku, pintu terbuka Selama matamu bagiku menengadah Selama kau darah mengalir dari luka Antara kita Mati datang tidak membelah….. Bila diucapkan secara normatif, maka ekspresifitasnya hilang karena tidak padat dan tidak berirama. “Pintu akan selalu terbuka bagi hidup dan hidupku. Selama matamu menengadah bagiku. Selama darah masih mengalir jika engkau terluka. Antara kita sampai kematian datang kita tidak membelahberpisah. Dalam sajak ini pengertian abstrak dapat menjadi kongret karena digunakan citraan-citraan dan gerak yang digabung dengan metafora. Rasa sayangnya itu juga digambarkan dalam puisi Chairil Anwar yang berjudul “Penerimaan”. Dalam puisi itu digambarkan bahwa si aku masih bisa menerima si gadis yang telah berselingkuh dengan orang lain. Si aku menerima dengan rasa penuh keihklasan dari si gadis yang telah mau kembali kepelukannya. Terlalu sayangnya si aku, si aku menerima dengan lapang dada tentang apa yang telah diperbuat oleh si gadis dengan orang lain. Dalam puisi “Sajak Putih” banyak digunakan bahasa-bahasa kiasan. “Tari warna pelangi” merupakan bahasa kiasan personifikasi yang menggambarkan benda mati dapat digambarkan seolah-olah hidup. “ rambutmu mengalun bergelut sernda” juga menggunakan bahasa kiasan personifikasi. Selain itu ada kesamaan dalam penggunaan citraan-citraan agar mempunyai makna yang kongret, serta menggunakan metafora-metafora. SENJA DI PELABUHAN KECIL Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap Dalam puisi ”Senja di Pelabuhan Kecil” diatas, terasa bahwa penyair sedang dicengkeram perasaan sedih yang teramat dalam. Tetapi seperti pada puisi-puisi Chairil Anwar yang lain, kesedihan yang diungkapkan tidak memberikan kesan cengeng atau sentimental. Dalam kesedihan yang amat dalam, penyair ini tetap tegar. Demikian pula pada puisinya diatas. Di dalamnya tak satu pun kata ”sedih” diucapkannya, tetapi ia mampu berucap tentang kesedihan yang dirasakannya. Pembaca dibawanya untuk turut erta melihat tepi laut dengan gudang-gudang dan rumah-rumah yang telah tua. Kapal dan perahu yang tertambat disana. Hari menjelang malam disertai gerimis. Kelepak burung elang terdengar jauh. Gambaran tentang pantai ini sudah bercerita tentang suatu yang muram, di sana seseorang berjalan seorang diri tanpa harapan, tanpa cinta, berjalan menyusur semenanjung. Satu ciri khas puisi-puisi Chairil Anwar adalah kekuatan yang ada pada pilihan kata-katanya. Seperti juga pada puisi diatas, setiap kata mampu menimbulkan imajinasi yang kuat, dan membangkitkan kesan yang berbeda-beda bagi penikmatnya. Pada puisi diatas sang penyair berhasil menghidupkan suasana, dengan gambaran yang hidup, ini disebabkan bahasa yang dipakainya mengandung suatu kekuatan, tenaga, sehingga memancarakan rasa haru yang dalam. Inilah kehebatan Chairil Anwar, dengan kata-kata yang biasa mampu menghidupkan imajinasi kita. Judul puisi tersebut, telah membawa kita pada suatu situasi yang khusus. Kata senja berkonotasi pada suasana yang remang pada pergantian petang dan malam, tanpa hiruk pikuk orang bekerja. Pada bagian lain, gerimis mempercepat kelam, kata kelam sengaja dipilihnya, karena terasa lebih indah dan dalam daripada kata gelap walaupun sama artinya. Setelah kalimat itu ditulisnya, ada juga kelepak elang menyinggung muram, yang berbicara tentang kemuraman sang penyair saat itu. Untuk mengungkapkan bahwa hari-hari telah berlalu dan berganti dengan masa mendatang, diucapkan dengan kata-kata penuh daya desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Penggambaran malam yang semakin gelap dan air laut yang tenang, disajikan dengan kata-kata yang sarat akan makna, yakni dan kini tanah dan air hilang ombak. Puisi Chairil Anwar ini hebat dalam pilihan kata, disertai ritme yang aps dan permainan bunyi yang semakin menunjang keindahan puisi ini, yang dapat kita rasakan pada bunyi-bunyi akhir yang ada pada tiap larik. Di dalam puisi ini juga digambarkan rasa cinta namun dalam bentuk kesedihan yang mendalam yang dialami oleh si aku namun si aku tetap tegar menghadapinya. Si aku dalam keadaan muram , penuh kegelisahan, dan tidak sempurna dengan kehidupannya. Si aku sedang mancari cintanya yang hilang. Suasana pada saat itu gerimas yang menambah rasa kesedihan dari si aku. CINTAKU JAUH DI PULAU Cintaku jauh di pulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri Perahu melancar, bulan memancar, di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar. angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak kan sampai padanya. Di air yang tenang, di angin mendayu, di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertahta, sambil berkata “Tujukan perahu ke pangkuanku saja,” Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh! Perahu yang bersama kan merapuh! Mengapa Ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! Manisku jauh di pulau, kalau ku mati, dia mati iseng sendiri. Dalam kegiatan menganalisis arti, kita berusaha memberi makna pada bunyi, suku kata, kata, kelompok kata, kalimat, bait, dan pada akhirnya makna seluruh puisi. Bait I “Cintaku jauh di pulau” berarti. Kekasih tokoh aku gadis manis berada di suatu tempat yang jauh. “Gadis manis sekarang iseng sendiri” artinya sang kekasih tersebut adalah seorang gadis yang manis yang menghabiskan waktu sendirian iseng tanpa kehadiran tohoh aku. Pada bait II, si tokoh aku menempuh perjalanan jauh dengan perahu karena ingin menjumpai atau menemui kekasihnya. Ketika itu cuaca sangat bagus danmalam ketika bulan bersinar, namun hati si aku merasa gundah karena rasanya ia tak akan sampai pada kekasihnya. Bait III menceritakan perasaan si aku yang semakin sedih karena walaupun air terang, angin mendayu, tetapi pada perasaannya ajal telah memanggilnya Ajal bertahta sambil berkata “Tujukan perahu ke pangkuanku saja”. Bait IV menunjukkan si aku putus asa. Demi menjumpai kekasihnya ia telah bertahun-tahun berlayar, bahkan perahu yang membawanya akan rusak, namun ternyata kematian menghadang dan mengakhiri hidupnya terlebih dahulu sebelum ia bertemu dengan kekasihnya. Bait V merupakan kekhawatiran si tokoh aku tentang kekasihnya, bahwa setelah ia meninggal, kekasihnya itupun akan mati juga dalam penantian yang sia-sia. Setelah kita menganalisis makna tiap bait, kita pun harus sampai pada makna lambang yang diemban oleh puisi tersebut. Kekasih tokoh aku adalah kiasan dari cita-cita si aku yang sukar dicapai. Untuk meraihnya si aku harus mengarungi lautan yang melambangkan perjuangan. Sayang, usahanya tidak berhasil karena kematian telah menjemputnya sebelum ia meraih cita-citanya. Dalam puisi tersebut terasa perasaan-perasaan si aku senang, gelisah, kecewa, dan putus asa. Kecuali itu ada unsur metafisis yang menyebabkan pembaca berkontemplasi. Dalam puisi di atas, unsur metafisis tersebut berupa ketragisan hidup manusia, yaitu meskipun segala usaha telah dilakukan disertai sarana yang cukup, bahkan segalanya berjalan lancar, namun manusia seringkali tak dapat mencapai apa yang diidam-idamkannya karena maut telah menghadang lebih dahulu. Dengan demikian, cita-cita yang hebat dan menggairahkan akan sia-sia belaka. Dalam puisi ini juga menggunakan citraan-citraan. Hal itu terdapat dalam “Perahu melancar, bulan memancar,”. Citraan yang digunakan adalah citraan penglihatan karena perahu melancar dan bulan memancar hanya bisa dilihat. Jadi citraannya adalah citraan penglihatan. Citraan visual digunakan dalam “Ajal bertakhta, sambil berkata “Tujukan perahu ke pangkuanku saja,” …. Mengapa Ajal memanggil dulu … Dalam puisi “Cintaku jauh di pulau” juga menggunakan bahasa sajak. Bahasa sajak yang digunakan adalah a. Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda mati seolah-olah hidup. … angin membantu, laut terang, tapi terasa … Di air yang tenang, di angin mendayu, … Mengapa Ajal memanggil dulu … b. Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan melebih-lebihkan. … Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh! Perahu yang bersama kan merapuh! …. kalau ku mati, dia mati iseng sendiri. … Dari kesemuaan puisi Chairil Anwar tersebut mempunyai persamaan dalam tema yaitu tentang percintaan. Namun hanya berbeda dalam penggunaan pilihan kata-kata. Selain itu berbeda dalam perasaan hati si aku. Perasaan berbeda karana hidup seseorang tidak akan sama perasaannya. Kadang sedih dan kadang pula hidup bahagia. Begitui juga halnya si PUSTAKA Anwar, Chairil. 2006. Deru Campur Debu. Jakarta Dian Rakyat. Pradopo, Rahmat Djoko. 2005. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta Pustaka Pelajar. ÂÂ______ÂÂ______2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta Gajah Mada University Press. Sayuti. Suminto A. 2002. Perkenalan Dengan Puisi. Yogyakarta Gama Media. Wachid BS, Abdul. 2009. Analisis Struktural Semiotik. Yogyakarta Cinta Buku.
Analisis Puisi Doa Berdasarkan Struktur Fisik Lahir dan Struktur Batinnya Para pelajar di Indonesia, pasti mengenal Chairil Anwar. Tokoh sastra Indonesia yang juga dikenal sebagai Pelopor Angkatan 45 ini menjadi penyair yang sangat dikenal karena karya-karyanya selalu menjadi contoh dalam Buku Pelajaran, mulai dari SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi. Bahkan Karya Chairil Anwar ini tidak hanya dipelajari di Wilayah Indonesia, tapi juga dipelajari dan dianalisis oleh Pelajar Bahasa dan Sastra Indonesia dari negara-negara lain. Salah satu karya Chairil Anwar yang juga banyak dibahas dan dianalisis adalah yang berjudul Doa. Berikut ini adalah analisis puisi Doa karya Chairil Anwar. Teknik yang digunakan dalam analisis Puisi Doa milik Chairil Anwar ini menggunakan analisis struktural. Yang dimaksud dengan analisis struktural Puisi Doa adalah, menganalisis Puisi Tersebut dengan memperhatikan struktur fisik lahir dan struktur batin puisi. Struktur lahir zahir atau juga disebut sebagai struktur fisik, adalah analisis terhadap karya sastra puisi berdasarkan hal ihwal yang tampak oleh mata. Jadi, analisis struktur fisik puisi Doa karya Si Binatang Jalang ini membahas tentang Diksi, Kata Konkret, Imaji Pencitraan, Tipografi, Susunan Rima Bunyi, dan Majas. Adapun yang dapat dianalisis berdasakan struktur batin dalam Puisi Doa Karya Chairil Anwar adalah tema, suasana, nada, dan amanat puisi. Sebelum kita lakukan analisis, ada baiknya kita baca terlebih dahulu Puisi Doa Karya Chairil Anwar. Doa Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut nama-Mu Biar susah sungguh Mengigat Kau penuh seluruh CayaMu panas suci Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi Tuhanku Aku hilang bentuk Remuk Tuhanku aku mengembara di negara asing Tuhanku Di pintu-Mu aku mengetuk Aku tidak bisa berpaling Hasil Analisis Struktur Lahir Struktur Fisik Puisi Doa Karya Chairil Anwar DIKSI PUISI DOA KARYA CHAIRIL ANWAR Yang dimaksud dengan diksi adalah pilihan dan penggunaan kata yang memperkuat keindahan dan kedalaman makna serta pesan puisi. Dalam pembahasan diksi puisi, juga berkaitan dengan makna konotatif dan makna denotatif. Pilihan kata yang khas Chairil Anwar yang digunakannya dalam Puisi 'Doa' adalah CayaMu dalam larik CayaMu panas suci Diksi CayaMu menjadi sangat kuat karena tidak digunakan oleh penyair-penyair lain. Kata Caya tentu mengacu pada kata Cahya atau Cahaya yang juga bersinonim dengan sinar. Penggunaan kata panas yang dirangkai dengan kata suci juga memperkuat dan memperindah puisi. Karena akhir kata panas adalah bunyi s yang bisa langsung digunakan untuk mengucapkan kata suci. Diksi ini tentu memperindah puisi Doa. KATA KONKRET PUISI DOA KARYA CHAIRIL ANWAR Kata konkret adalah kata yang nyata dan seoalah-olah mewakili keadaan sesungguhnya yang dituangkan oleh penyair ke dalam puisinya. Jadi, kata konkret yang digunakan oleh Chairil Anwar dalam Puisi Doa karyanya ini dapat dianalisis sebagai berikut Pintu-Mu Penggunaan kata pintu dalam larik Di pintu-Mu aku mengetuk menunjukkan sebuah makna batas. Batas antara luar dan dalam. Dengan menggunakan kata pintu yang diikuti kata ganti miliki pintuMu yang merujuk kepada Tuhan, menunjukkan arti bahwa Penyair ingin masuk ke dalam lindungan Tuhan. Tapi untuk bisa masuk ke dalam rumah lindungan Tuhan tidak bisa langsung membuka pintu. Maka, ini berkaitan dengan kata konkret selanjutnya yaitu mengetuk. Mengetuk menandakan upaya yang masih belum kita lakukan sepenuhnya. Hanya bisa mengetuk, bahkan memanggil pemilik rumah pun tak berani. Ini menandakan arti bahwa, berdasarkan kanta konkret ini puisi Doa Chairil Anwar ini berisi ketidak-berdayaan. Baca Juga Contoh Kata Kata Konkret dalam Puisi TIPOGRAFI PUISI DOA KARYA CHAIRIL ANWAR Tipografi adalah bentuk penulisan fisik puisi yang memperhatikan bentuk yang tampak. Dalam puisi doa di atas, dapat dianalisis sebagai berikut Secara tipografis, Puisi Doa karya Chairil Anwar ini terbagi menjadi dua bait. Yang masing-masing bait terdiri dari tujuh larik. Masing-masing larik disusun dengan sedikit kata. Larik dengan kata terbanyak ada dalam bait kedua yaitu larik Tuhanku aku mengembara di negeri asing. Sementara larik yang lain terdiri dari sedikit kata. Bahkan ada beberapa larik yang hanya terdiri dari satu kata saja yaitu kata Tuhanku dan kata Juga Analisis Rima dan Irama Puisi Doa Karya Chairil Anwar IMAJI PUISI DOA KARYA CHAIRIL ANWAR Imaji yang dimaksud dalam analsis puisi adalah kekuatan puisi dalam memunculkan daya imajinasi pembacanya. Istilah lain yang berkaitan dengan imaji adalah pencitraan. Istilah yang lebih mudah, bisa kita sebut dengan seolah-olah. Jadi ada imaji visual selah-oleh melihat ada pula imaji yang seolah-olah mendengar, dan merasakan. Adapun Imaji atau citraan yang terdapat dalam puisi Doa Karya Chairil Anwar ini, ada dua jenis imaji, yaitu citraan yang seolah-olah mendengar, citraan pengelihatan, dan citraan peraba. Citraan Imaji yang seolah melihat terdapat pada larik pusi Doa Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi Pada kata kerlip pembaca seolah-olah melihat lilin dengan nyalanya yang tidak begitu besar. Nah, untuk mengetahui sesuatu yang menyala kita menggunakan indra pengelihatan, jadi larik tersebut dapat disebut sebagai citraan imaji pengelihatan. Masih dalam larik di atas, ada punya kata sunyi. Sunyi itu berkaitan dengan indra pengelihatan. Memang tidak mendengar apa-apa, karena keadaan sunyi. Untuk mengetahui kondisi sunyi maka diperlukan indra pendengaran. Maka, larik dalam puisi Doa di atas, dapat disebut sebagai imaji pendengaran. Baca Juga Contoh Puisi yang Mengandung Citraan atau Imaji Selanjutnya, imaji citraan peraba terdapat pada larik CayaMu panas suci Adanya kata panas menunjukkan hal yang dapat diketahui dengan indra peraba yang ada pada lapisan kulit manusia. Jadi, rasa panas itu didapat melalu imaji peraba. Seoalah-olah merasaka hawa panas dari CayaNya. MAJAS PUISI DOA KARYA CHAIRIL ANWAR Majas yang digunakan dalam pusi Doa karya Chairil Anwar ini ada dua jenis yaitu majas hiperbola dan majas metafora. Majas hiperbola adalah majas yang melebih-lebihkan. Majas ini terdapat dalam larik puisi Doa milik Chairil Anwar berikut ini Aku hilang bentuk Remuk Baca Juga Contoh Puisi dengan Majas Jadi, penggunakan hilang bentuk dan remuk adalah sebuah perumpamaan yang sangat berlebihan. Tidak mungkin seorang yang masih berpuisi sampai kehilangan bentuk dirinya dan dalam kondisi remuk. Majas kedua yang digunakan dalam Puisi Doa oleh Chairil Anwar ini adalah Majas Metafora. Majas metafora terdapat pada larik Di pintuMu aku mengetuk Jadi, penggunakan kata Pintu dan Mengetuk saling berkaitan. Pintu merupakan majas metafora untuk ampunan dan lindungan. Mengetuk adalah metafor dari memohon. Larik di atas disebut sebagai majas metafora karena membandingkan pintu-ampunan dan mengetuk-memohon tanpa menggunakan kata pembanding seperti; bagai. Demikian penjelasan tentang analisis puisi Doa karya Chairil Anwar. Sementara masih dari struktur lahir puisi saja. Dalam postingan selanjutnya akan dibahas analisis dari struktur batinnya. Baca Lanjutannya Analisis Struktur Batin Puisi Doa Karya Chairil Anwar
unsur intrinsik puisi doa karya chairil anwar